Rabu, 02 November 2011

Teknik Pendakian

TENTANG PENDAKIAN
  • Jenis-Jenis Pendakian / Perjalanan
Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang sering kita kenal dengan istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya.
Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :
1. Hill Walking / Feel Walking
· Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Gede atau Ceremai.
2. Scarmbling
· Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan.
Contohnya : pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur Cibodas.
3. Climbing
· Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada 2 macam. :
a. Rock Climbing
- pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
- Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.

  • Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing
Teknik Mendaki
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan.
Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
· Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
· Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney).
Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
· Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).
Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
· Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.

  • Sistem Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah berhasil untuk seluruh team.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

Teknik Turun / Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.

  • Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling

1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas.
2. Brakebar Rappe
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya
gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan
karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul
yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
4. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam. Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1. Periksa dahulu anchornya.
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.


  • Peralatan Pendakian
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
· Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
                                                                             Static Rope

· Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
                                                                                Dinamic Rope
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
· Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
                                                                 Carabiner Screw Gate

· Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
                                                             Carabiner Non Screw Gate
3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling
antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.

                                                                   Sling webbing
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
                                                                           Descender
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
                                                                          Ascender
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
· Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
· Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
                                                                      Harnes full body
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
· Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
· Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
                                                                      sepatu panjat
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam
anchor, yaitu :
· Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
· Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.






                                                                      Artificial Anchor


  • Prosedur Pendakian
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3. a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatuh. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
5. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
6. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

SURVIVAL

Survival  berasal dari kata  survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan . Survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari suatu kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau tanpa disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya).
Orang yang melakukan survival disebut survivor.  Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut juga jungle survival.  Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi lainnya.
Setiap huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang ahrus kita ingat dan lakukan yaitu:
S : Size up the situation
U : Undue haste makes waste
R : Remember where you are
V : Vanguish fear and panic
I : Improve
V : Value living
A : Act like the native
L : Learn basic skill

                                                            Panduan  SURVIVAL

Secara umum aspek-aspek dalam kondisi  survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan), aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah) dan aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan).
1.  Komponen pokok survival  terdiri atas:
  • Sikap mental berupa hati yang kuat untuk bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis 
  • Kondisi fisik yang fit dan kuat 
  • Tingkat pengetahuan dan keterampilan 
  • Pengalaman dan latihan 
  • Perlengkapan berupa survival kit. 
                                                           Survival Kit
2.  Langkah-langkah survival
  • Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation, dan Planning) 
  • Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok 
  • Tetap berusaha mencari pertolongan 
  • Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga 
  • Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam.
3.  Kebutuhan dasar survival
a.  Air
Syarat-syarat fisik air bersih yang  layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.  Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan (rotan, pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil kondensasi tumbuhan dan air galian tanah.
 
                                                          Teknik Menyimpan Air
b.  Makanan 
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna (hewan).  Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun dan akar (umbi).  Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
  • Hindari tumbuhan berwarna mencolok 
  • Hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan Mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit.  Biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh. 
  • Variasikan makanan yang dimakan  untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan
  • Jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan.
Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa jenis serangga, reptil dan mamalia.  Kendala utama untuk mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya.  Oleh karena itu perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut.

c.  Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari keadaan panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam yang ada seperti  gua, lubang pohon dan celah di batu besar.  Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun-dauanan atau ranting.

                                                         Shelter (tempat sementara)
d.  Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan  tubuh, mengusir hewan buas membuat tanda/kode, dan merokok.  Sumber api  berasal dari korek api, lup/teropong, menggosok-gosokkan kayu dnegan kayu, membenturkan logam dengan logam atau
batu.
                                               Pertahan Api dalam Keadaan Menyalah

Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi  survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis).

NAVIGASI DARAT

Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta.  Navigasi  terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat.
Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas.
Pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection  dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan  resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.
1.   Alat-alat navigasi terdiri dari: 
  • Kompas adalah alat untuk menentukan  arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi.  Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south  = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east  = timur laut), SE (south east  = tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut).  Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi dan kompas bidik/prisma. 

                                                                      Kompas Sylva

                                                                      Kompas Orientasi

                                                                           Kompas Bidik
  • Altimeter adalah alat untuk menentukan  ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara. 
                                                                          Altimeter
  • Peta adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandingan skala tertentu.   Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisar/geografi/wilayah.  Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda dan deklinasi magnetis. 

                                                                       Peta  Teknis


                                                                    Peta Topografi


                                                                         Peta Geografi
  • GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi.  Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain),  tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat  peta di seluruh permukaan bumi dan enentukan waktu yang tepat di tempat manapun.
                                                             GPS (Global Positioning System)

2.   Menentukan arah tanpa alat navigasi
Menurut Yudiawan (2002) selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menentukan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
  • Tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang 
  • Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan membuat kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air 
  • Flora dan fauna: Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat ,Lumut-lumutan  Parmelia sp. dan  Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon. Tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur, Sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan
3.  Mencegah dan menanggulangi keadaan tersesat
Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan  melakukan potong kompas.  Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:
  • Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
  • Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki 
  • Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan 
  • Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung 
  • Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah  ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan.
  • Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa 
  • Gunakanlah kompas sebelum tersesat 
  • Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin 
  • Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.

 Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:
S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O =  Observation, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P =  Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:
  • Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk 
  • Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan 
  • Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon 
  • Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam 
  • Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak 
  • Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun 
  • Memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya.

Perlengkapan Dan Pengepakan (Packing) Di Hutan

Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.  Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport) , kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam.  Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surfing) atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas. 
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, meliputi persiapan alat/perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca.  Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya  cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang.
Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan  direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut.  Pengetahuan tentang  survival sangat diperlukan bagi orang yang biasa beraktivitas di alam bebas sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat


PERLENGKAPAN DAN PENGEPAKAN  (PACKING)
Perlengkapan yang harus dipersiapkan tergantung kepada kebutuhan, tujuan, jenis dan lamanya kegiatan.  Perlengkapan yang terlalu banyak akan membuat tidak efektif dan efisien, sedangkan perlengkapan yang terlalu  sedikit tidak bisa memenuhi kebutuhan selama kegiatan.
Perlengakapan yang diperlukan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan dasar, perlengkapan
khusus dan perlengkapan tambahan. Perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan  di alam bebas terdiri dari perlengkapan pribadi, perlengkapan kelompok dan perlengkapan teknis.

a.  Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi adalah barang-barang perlengkapan untuk memenuhi semua
kebutuhan pribadi tanpa mengandalkan orang lain, yaitu: 
  • Sepatu (harus kuat, lentur, aman/safety , nyaman, anti selip) dan kaos kaki (cukup tebal, kuat, nyaman dan terbuat dari wol atau sintetis)
  •  Pakaian lapangan (nyaman, tahan lama, cepat kering, melindungi tubuh dari berbagai kondisi lingkungan dan terbuat dari polyester atau polypropilena atau memenuhi 3 W yaitu wicking, warmth, water/wind proofing) 
  • Tas/ransel (kokoh, bahannya kuat, tahan air dan mempunyai sabuk pinggang untuk mengurangi goyangan ransel)  
  • Ponco/rain coat 
  • Perlengkapan tidur (bersih,  kering, hangat dan nyaman terdiri dari pakaian tidur, matras, kantong tidur/sleeping bag dan jaket/sweater) 
  • Perlengkapan mandi (handuk, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo)  
  • Air minum dan makanan (harus cukup kualitas dan kuantitasnya)  
  • Alat navigasi (kompas, peta, altimeter dan GPS=Global Positioning System) 
  • Alat tulis (ballpoint, buku dan pensil) 
  • Perlengkapan penunjang (menunjang kegiatan yang dilakukan, seperti HT (handy talkie), HP (hand phone), pelindung pacet/gaithers, kelambu dan lainnya)  
  • Survival kit yang terdiri dari pisau serbaguna,  alat pancing, jarum jahit, benang, tali jerat, gunting, cermin, peluit, kompas, ketapel, karet, lup, peniti, korek api dalam kemasan kedap air, makanan berkalori tinggi, senter, obat-obatan, radio komunikasi dan balon.

b.  Perlengkapan Kelompok
Perlengkapan kelompok adalah barang-barang perlengkapan yang dibawa untuk memenuhi kebutuhan semua anggota kelompok, yaitu tenda, obat-obatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan), peralatan masak dan makan, golok serta tali. 


c.  Perlengkapan Teknis
Perlengkapan teknis adalah perlengkapan yang digunakan untuk beraktivitas di alam bebas, tergantung jenis dan tujuan kegiatan.  Perlengkapan kegiatan hiking berbeda dengan kegiatan caving,  begitu juga dengan kegiatan yang lainnya.

d.  Packing
Packing adalah pengepakan barang-barang yang sudah terdata dan pasti akan dimasukkan ke dalam ransel.   Packing akan memudahkan pengambilan barang saat diperlukan, membagi titik berat pada ransel dan menjaga keseimbangan ransel sehingga tidak terlalu berat jika dibawa.
Prinsip  packing adalah barang yang berat diletakkan di bagian atas ransel dan sedekat mungkin ke bagian tubuh, menempatkan barang yang penting dan sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau serta mengelompokkan barang-barang dan melindunginya dengan membungkusnya dalam plastik (trash bag).  Prinsip packing juga memanfaatkan ruangan yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.
Buatlah daftar barang (chechlist) dan periksa kembali pada saat barang dimasukkan ke ransel, untuk menghindari adanya barang yang tertinggal. Checklist merupakan petunjuk yang dapat membuat suatu prosedur yang teratur dan membangkitkan kepercayaan diri kepada pemula.

Persiapan dan Perencanaan Kegiatan Di Hutan

Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.  Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport) , kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam.  Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surfing) atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas.
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, meliputi persiapan alat/perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca.  Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya  cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang.
Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan  direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut.  Pengetahuan tentang  survival sangat diperlukan bagi orang yang biasa beraktivitas di alam bebas sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.

PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Persiapan dan perencanaan kegiatan di alam bebas harus disesuaikan dengan jenis dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan.   Dengan persiapan dan perencanaan yang matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit  dilewati atau sumber air yang kurang. Kondisi-kondisi tersebut harus diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik, mental, keterampilan (skill) dan data informasi. Sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan merencanakan kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan dan cuaca, kesehatan dan kondisi fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta perlengkapan pakaian dan logistik. Perencanaan kegiatan akan mempermudah mengorganisir kegiatan yang akan dilakukan, dengan mengeliminasi kemungkinan  resiko buruk yang  mungkin terjadi.
Menurut Yudiawan (2002), perencanaan tersebut harus berdasar kepada “Pedoman 5 W + 1 H”  yaitu Who, What, Why, When, Where dan How.
  • Who, siapa yang mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa yang jadi pemimpin (leader) dan siapa yang paling berpengalaman di lapangan.
  • What, apa jenis kegiatannya, apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang akan dilakukan dan perlengkapan apa yang harus dibawa.
  • Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa memilih kegiatan tersebut. 
  • When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan pada musim apa kegiatan tersebut dilakukan.
  • Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari bantuan terdekat. 
  • How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi resiko buruk yang mungkin terjadi.
Dari semua persiapan yang dilakukan,  ada satu hal yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mentalnya.  Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak  diinginkan adalah memberitahukan segala rencana kegiatan kita secara rinci kepada  orang lain termasuk
perubahan rencana di tengan jalan dengan menuliskan pada secarik kertas yang dibungkus plastik dan ditempelkan di pohon atau menyampaikan kepada pendaki lain.